Puisi "AKU" Dan Maknanya
Oke kali ini saya akan menjelaskan tentang suatu puisi yang sangat fenomenal, AKU karya sang maestro sastra Chairil Anwar .
“AKU”
KARYA CHAIRIL ANWAR
Kalau sampai waktuku
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Ø Penggunaan Bahasa
Dalam pengungkapan puisi diatas penyair menggunakan bahasa
yang khas yaitu pemberani yang ingin bebas dari semua ikatan disana .Penyair
tidak mau terhasut rayuan dari siapapun. Dia tetap pada pendiriannya yang
ingin berkreasi, contoh pada syair :
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Ø Pilihan Kata/Persamaan Bunyi
Ciri khas puisi yang lain juga dapat dilihat dari pilihan
kata/ persamaan bunyi dan persajakan. Misalnya pada syair :
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Dalam penggalan puisi diatas, dapat dijumpai persamaan bunyi
sebagai berikut :
· Rima akhir dijumpai pada kata
:
waktuku , merayu , kau , itu
· Bunyi Vocal (Asonansi
) terdapat pada syair :
Tak perlu sedu sedan itu . terdapat bunyi <asonansi vocal u>
Aku ini binatang jalang . terdapat bunyi <asonansi
vocal a>
· Diksi (pilihan kata)
pada syair :
Kalau sampai waktuku
Dalam kutipan syair puisi diatas penyair lebih memilih kata
“Kalau sampai waktuku “ . Maksudnya, jika dia telah sampai pada waktunya
(wafat), dia tidak mau ada seorangpun yang merayunya karena itu semua tidak
penting bagi penyair.
· Majas
Dalam puisi diatas terdapat majas hiperbola pada syair :
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
......................................
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
......................................
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Ø Makna Kiasan Konotatif Pada Setiap Bait
· Bait
Pertama
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tidak juga kau
Pada bait ini tertulis keyakinan pengarang yang sangat bulat
terhadap apa yang diyakininya, sehingga tak bisa dirayu siapapun. kata
"kau" menggambarkan seorang yang dekat atau bisa menjadi siapa saja.
Bahkan merayupun tidak diinginkan oleh pengarang
· Bait Kedua
Tak perlu sedu sedan itu
Dalam bait ini sebenarnya penulis bukan bermaksud menghibur siapapun yang merayunya, tapi hal ini bermaksud bahwa penulis tidak akan goyah meskipun dirayu dengan cara apapun.
Dalam bait ini sebenarnya penulis bukan bermaksud menghibur siapapun yang merayunya, tapi hal ini bermaksud bahwa penulis tidak akan goyah meskipun dirayu dengan cara apapun.
· Bait
Ketiga
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Dari kumpulannya terbuang
Penulis mengakui bahwa dirinya bukanlah sesuatu yang
penting, maka ia tidak perlu dibujuk atau dirayu oleh siapapun.
· Bait
Keempat dan Kelima
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Disini, penulis menggambaarkan bahwa keyakinan dan tekadnya
sangat bulat. Meski beribu rintangan dan halangan menghadang, tapi penulis
tetap memegang teguh keyakinannya.
· Bait
Keenam dan Ketujuh
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Pada kalimat ini, peulis menekankan bahwa dirinya tidak
peduli dengan semua rintangan yang dihadapinya.
Ø Tema
Tema puisi ini adalah perjuangan. Seperti pada kalimat di
bawah ini :
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Aku tetap meradang menerjang
Sumber : http://belajarbersamareha.blogspot.co.id/2013/11/analisis-puisi-aku-karya-chairil-anwar.html
menginspirasi
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus